Kang Marhaen : Nyadran Desa Sukorejo Gelar Wayang Kulit Ambil Lakon Wahyu Tri Manggala



Nganjuk,Radar MP - Bersih Desa  yang lazim dengan sebutan Nyadran,  merupaka tradisi dan budaya Jawa yang harus  diuri uri dan lestarikan kelanggengannya.Tradisi leluhur inilah yang menjadikan masyarakat peduli kepada desanya.

Seperti yang ada di Desa Sukorejo Kecamatan Rejoso,kegiatan nyadran selalu digelar setiap tahun pasca panen.Tepatnya hari Jum at Pahing ( 06/07/2018) .
Saat awak media online Radar MP menghubungi Andri Setyo Purwantoro selaku Kades Sukorejo saat ditanya disela sela kegiatan, " Nyadran merupakan kegiatan sakral yang sudah menjadi agenda rutin dan harus dilaksanakan, "ungkap Andri jumat siang hari.
Kegiatan sesuai rencana yang sudah menjadi sepakatan dalam pembahasan rapat beberapa waktu yang lalu.

Diketahui,tasyakuran bersih desa dilaksanakan di punden atau makam desa yang dihadiri seluruh warga masyarakat setempat.

Disisi lain malam hari digelar wayang kulit dengan mengambil lakon "Wahyu tri manggolo" oleh Ki dalang Purbo asmoro.

Kang Marhaen yang juga warga desa Sukorejo ikut menonton pagelaran wayang kulit.

Saat ditanya tentang lakon yang ditampilkan malam itu, Kang Marhaen bagaikan dalang semalam dapat menceritakan dari hasil pengamatannya.

Disampaikan oleh Kang Marhaen seperti pada malam itu pagelaran pakeliran wayang purwa(wayang kulit) yang memilih cerita “Wahyu Tri Manggala” adalah sebuah upaya untuk menebarkan ketenteraman.Wahyu adalah ‘wedharan’ dari Allah yang berhubungan dengan perkara gaib, Tri artinya tiga, dan Manggala adalah berkah keberuntungan.Tiga macam berkah keberuntungan yang akan diturunkan Allah ke dunia masih merupakan misteri Ilahi.Hanya orang-orang ‘waskita’ yang dapat mengetahui akan hal-hal yang belum terungkap.

Dilanjutkan oleh Kang Marhaen, dalam cerita pewayangan digambarkan,
Di Hastinapura, Raja Duryudana yang dikelilingi para cerdik pandai dan waskita,  mengetahui bahwa tiga wahyu yang terdiri dari Wahyu Eka Manggala, Wahyu Dwi Manggala dan Wahyu Tri Manggala akan segera diturunkan dalam waktu yang bersamaan menjelang perang Bharatayuda."ungkapnya dengan semangat.

Lebih lanjut Kang Marhaen menceritakan,
Begawan Mayasandi yang menjadi tamu terhormat di Hastinapura menjelaskan bahwa salah satu dari ketiga wahyu yang ada yaitu Wahyu Eka Manggala akan diturunkan kepada Banowati permaisuri Raja Duryudana.

Ditambahkan oleh Kang Marhaen,dengan mendapat Wahyu Eka Manggala, Banowati dapat mendatangkan ‘hayu rahayuning narendra’ hidup selamat bagi raja yang didampinginya juga bagi calon raja yang diturunkannya.

Masih ungkap Kang Marhaen,"sedangkan dua wahyu yang lain, yaitu Wahyu Dwi Manggala untuk ‘mranata gelaring perang’ serta Wahyu Tri Manggala sebagai ‘payung agung peperangan’, akan diberikan kepada Kresna dan Semar."jlentrehnya.

Tidak hanya bercerita,Kang Marhaen memaparkan untuk mendapatkan keselamatan dan kemenangan dalam perang Baratayuda serta melanggengkan kedudukkan raja secara turun temurun, perlu menyatukan ketiga wahyu tersebut. Oleh karenanya Kresna dan Semar perlu disingkirkan, agar supaya wahyu Dwi Manggala dan Wahyu Tri Manggala menjadi satu di Hastinapura. Namun usaha Duryudana yang dibantu oleh Begawan Mayasandi jelmaan Batara Guru, Batari Durga dan Batara Kala gagal. Bahkan satu-satunya wahyu yang akan diturunkan kepada Banowati beralih kepada Harjuna.

Untuk itu menurut Kang Marhaen ada tiga anugerah besar telah diturunkan kepada orang yang tepat, Arjuna yang adalah senopati perang mendapat wahyu Eka Manggala, Kresna yang mengatur serta menentukan strategi perang mendapat wahyu Dwi Manggala.",katanya.

Dilanjutkan kembali oleh Kang Marhaen,"Sedangkan Semar sebagai pamomong yang memayungi para ksatria mendapat wahyu Tri Manggala.Ketiganya adalah orang Pandawa.

Dengan demikian Arjuna, Kresna serta Semar bersama Pandawa mendapat kepercayaan untuk memenangkan perang Baratayuda, perang suci melawan nafsu angkara serta melanjutkan kekuasaan Hastinapura yang penuh ketenteraman dan kedamaian."papar Kang Marhaen.

Diakhir pagelaran wayang kulit diharapkan dari kisah yang diceritakan, warga masyarakat Sukerejo hidup berdampingan dan rukun dan dapat menata kehidupan yang makmur dan sejahtera.(siwi)

Post a Comment

0 Comments