Setangkai Ranting, setetes darah, dibawah " pohon asam " mengangkat sebuah nama " Mangge Lewa"

  

oleh : Yusra Suden



 Dompu RadarmerahputihCom - Momentum sebuah kata " Setangkai Ranting", dan setetes darah, merajut sebuah nama : Mangge(asam), lewa : perang *' Dari dua kata yang berasal dari pohon asam tempat perjuangan sengit, rakyat Dompu, Kempo tahun 1945_ saat ini kita kenal Kecamatan Manggelewa.

    DiKecamatan Kempo ,tempo dulu menurut Yusra Suden tokoh pendidikan, memiliki dua potensi sejarah yang menarik, yakni " Mangge Ra,a dan Manggelewa.

   Sekelumit risalah sejarah yang diceritakan oleh " Tokoh Pendidikan " yang telah purna tugas, bahwa Banggo zaman dulu masih bergabung dengan Kempo.

   Menurut Yusran Suden sebelum ada kampung dan infrastruktur pembangunan , Yusran melirik sejarah bahwa orang - orang Banggo dan Kempo berladang di Soriutu tepatnya disekitar pohon Asam, Pada Zaman Belanda .

   Ditengah - tengah kesibukan berladang, Kasak - kusuk ada Belanda yang mau masuk kembali menguasai  Bangsa Indonesia , termasuk diwilayah Kabupaten Dompu.

   Yusran dan H.Usman Abubakar menceritakan Belanda masuk kembali ke Indonesia, Dompu khususnya melalui Sumbawa.

 Ditengah Rai hiruk pikuk warga Yang sedang beraktifitas berladang, Belanda membawa alat perang mendarat, dengan kekuasaan yang sengit,  sementara warga Dompu melawan Belanda Seadanya dengan tombak,keris dan bambu runcing. Mengawali serangnya menghancurkan fasilitas, tiang -  tiang telpon di rusakin, agar informasi tertutup.

   Tepat di pohon asam terjadilah peperangan kecil yang sengit antara Warga Dompu- Kempo_ melawan Belanda sehingga terjadi tetesan " Darah " tepatnya di pohon asam tempat warga berteduh.

   Suasana konflik terjadi antara Belanda dan Indonesia Dompu - Kempo,tetap berahir di areal lahan dibawah pohon asam, saat ini telah di bangun sebuah lembaga pendidikan SD 7 Manggelewa.

   Sebenarnya Belanda menurut rencana mau melanjutkan perjalanan ke Australia, namun warga Dompu tidak tinggal Diam katanya Yusra Suden, ahirnya dikepung dengan senjata tajam , seperti Kris, prang, golok dan bambu runcing. Sementara Belanda menyerang dengan senjata moderen. Atas kekuatan dan keuletan mempertahankan rakyat Dompu dapat menguasai kembali khususnya Dompu, Kempo,  Banggo dan Soriutu.

   Yusran ! Selanjutnya menceritakan kembali dari salah satu sumber bahwa warga Belanda pada zaman penjajahan terdapat satu tawanan bernama " Buri " ahirnya digiring kembali  kenegara asalnya dikarenakan akan melanggar hak azasi, menjujung tinggi nilai hak kemerdekaan, bersamaan jatuhnya " Bom atom di Nagasaki dan Hiroshima, semua negara didunia tidaka ada lagi yang bisa perang, karena melanggar hak azasi manusia

.(Zun).

Post a Comment

0 Comments