PUNCAK ACARA GREBEG SURO MAYU BUMI GIRI TIRTA

 



Kabupaten Malang radarmerahputih.com - . Puncak acara Grebeg Suro Mayu Bumi Giri Tirta yang terselenggara di desa GadungSari kecamatan Tirtoyudo Kabupaten Malang begitu meriah dan antusias warga sangatlah dahsyat. Minggu 31/07/2022


Tirtoyudo adalah wilayah kecamatan di Kabupaten Malang. Wilayah Kecamatan Tirtoyudo berada di Kabupaten Malang bagian tenggara. Wilayahnya memanjang dari utara ke selatan. Topografinya beragam mulai dari pesisir di bagian selatan, perbukitan di bagian tengah hingga lereng Gunung Semeru di bagian utara, dengan ketinggian antara 0- 1.100 meter di atas permukaan air laut. Muntahan abu dari aktivitas Gunung Semeru yang diterima oleh penduduk hampir setiap hari sering menjadi berkah tersendiri karena umumnya tanah di daerah ini subur.



Indonesia di kenal banyak tradisi budaya di setiap daerah di wilayah Indonesia, salah satunya adalah Jawa. Salah satu tradisi tahunan yang tak lepas dari masyarakat di Jawa khususnya wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur adalah Grebeg Suro. Grebeg Suro merupakan perayaan tahunan yang dilaksanakan dalam memperingati tahun baru islam yang selalu di adakan pada tanggal 1 Muharam atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa. Grebeg Suro di setiap daerah memiliki perbedaan di setiap acaranya yang pasti mengangkat kearifan lokal masyarakat setempat. 


Dalam perayaan tersebut tak luput dari pertunjukan kesenian setempat, pasar suro yang mana cuma ada dalam peringatan bulan suro, arak-arakan gunungan sebagai wujud rasa syukur akan hasil bumi yang melimpah, sadran atau nyadran pundhen suatu ritual berdoa di tempat yang di anggap sebagai ‘bedah krawang’ desa.


 Mayu Bhumi adalah penyucian bhumi atau ungkapan rasa syukur kita kepada Tuhan yang maha esa karena telah di beri rezeki yang melimpah terhadap suatu daerah atau dalam study khasus ini adalah desa. Mayu Bhumi dengan perayaan Grebeg Suro ada kemiripan dalam pengertiannya, hal ini yang mungkin menjadi pilihan lain nama kegiatan dalam Grebeg Suro.



Giri Tirta dalam bahasa Jawa adalah Gunung dan Air. Giri Tirta dalam hal ini merujuk pada wilayah Tirtoyudo, di mana secara topografi memiliki wilayah gunung dan perbatasan dengan laut, tidak hanya itu di wilayah Tirtoyudo sangat kaya akan sumber mata air. Giri di wakilkan oleh Gunung Semeru dan Tirta di wakilkan oleh perbatasan dengan laut selatan atau sumber mata air yang berada di wilayah Tirtoyudo. Tirta sendiri dapat mewakili nama dari daerah tersebut yaitu Tirtoyudo. Tirtoyudo dapat di artikan sebagai air yang dapat mengalahkan peperangan, yang mana secara harafiah Tirto/Tirta adalah air dan Yudo atau Yudha dalam bahasa sanskrta adalah peperangan.


Berkaitan dengan Gunung Semeru, dalam kitab Tantu Panggelaran yang di tulis pada masa akhir Majapahit menceritakan pemindahan Gunung Mahameru (Mandaragiri) dari wilayah Jambudwipa (India) ke Jawadwipa (pulau Jawa). Pemindahan gunung tersebut di perintah oleh Bethara Guru karena melihat pulau Jawa pada saat itu gonjang ganjing, sehingga Bethara Guru memerintahkan kepada para dewa untuk memindahkan Gunung Mahameru. 

Sebagai pengikat gunung tersebut adalah naga yang merupakan perwujudan Dewa Wisnu dan sebagai landasan gunung tersebut adalah kura-kura atau Bedhawang Nala adalah Dewa Brahma. Kemudian para dewa mencabut Gunung Mahameru tersebut dan meletakan di atas punggung Bedhawang Nala dan di ikat oleh naga kemudian di bawalah ke pulau Jawa. Setelah di letakan di bagian barat pulau Jawa, bagian timur pulau Jawa terangkat sehingga para dewa kemudian memindahkan ke arah timur, dalam perjalanan ke arah timur, bagian dari Gunung Mahamer tersebut berceceran sehingga menjadi gunun-gunung di wilayah Jawa. Seperti menjadi Gunung Katong atau Lawu, Gunung Kelud, Gunung Kawi,Gunung Arjuna dan Wlirang. Kemudian Gunung Mahameru di tancapkan di wilayah timur pulau Jawa dan apa yang kita kenal sekarang sebagai Gunung Semeru, agar tidak goyah lagi maka Gunung tersebut di paku oleh Gunung Brahma atau Bromo.


Dari kisah tersebut menjadi suatu kebanggan dari masyarakat lereng Gunung Semeru tentunya, dengan adanya hal tersebut akan jadi kekayaan khasanah daerahnya dalam menampilkan sebuah tradisi. Dalam hal ini bisa jadi kemungkinan pada perayaan Grebeg Suro menampilkan arak-arakan “GUNUNGAN MANDARAGIRI” dengan isiannya yaitu hasil bumi yang menjadi komoditas di wilayah Tirtoyudo.


Dalam acara puncak ini pagelaran seni di awali oleh Gamelan Sholawat Manah Aji dari Malang, lalu dilanjut dengan penampilan D’kross Arema juga menyajikan lagu sholawat yang tak kala apiknya. Disisi yang lain diberangkatkan GUNUNGAN MANDARAGIRI dari Balai Desa Gadungsari menuju padepokan atau sanggar seni Kendedes bersama pengiring yang terdiri pelaku seni budaya, warga yang berpenampilan pakaian adat atau pakaian daerah digunakan dari anak-anak sampai orang dewasa, serta tokoh-tokoh masyarakat lintas agama. Pagelaran kesenian mulai dari Tari, Rampak, Jaranan juga disuguhkan dalam acara penutupan ini.



Setelah semuanya berkumpul di padepokan diadakan ritual-ritual keagamaan dari lintas agama, dan ditutup oleh ceramah kebudayaan disampaikan Ki Riatmoko, dan ceramah keagamaan oleh Gus Hisa Al Ayyubi. 

Kegiatan Cangkrukan Ngaji Budaya (CNB) benar-benar memanusiakan manusia yang mengedepankan akan adanya Tontonan,  Tuntunan, lalu  Santunan,

Acara Grebeg Suro ini kerja sama antara CNB bersama GANUSA, HPK yang didukung oleh Ansor, Banser, Pemuda Pancasila, LSM GERBANG INDONESIA, dan didukung beberapa media online ini berjalan dengan sukses dan lancar.( Ihwn ) 

Post a Comment

0 Comments