Solopos, Galakkan Program Internalisasi Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme Kepada Guru dan Siswa.

 


( Project Leader Program Internalisasi Literasi Keberagaman Sholahuddin dan Abu Nadzib sebagai moderator dalam konferensi pers di Hotel Bukit Bintang Magetan.)


Magetan, radarmerahputih.com ¬– Radikalisme dan terorisme marak terjadi di masyarakat, utamanya di kalangan kaum millenial atau yang sering disebut dengan Generasi Z. Untuk menekan kenaikan angka radikalisme dan terorisme di kalangan ini, Solopos Institute meluncurkan program Internalisasi Literasi Keberagaman kepada guru dan siswa. Program ini dipaparkan melalui jumpa pers dengan tema Internalisasi Literasi Keberagaman, Kamis (15/12/2022).


Bertempat di Aula Pertemuan Hotel Bukit Bintang Magetan, jumpa pers dihadiri oleh jurnalis peserta UKW, dengan moderator Abu Nadzib dan Sholahuddin selaku narasumber dan sebagai project leader Internalisasi Literasi Keberagaman. Program ini telah berjalan selama dua tahun dengan sasaran utamanya adalah siswa dan guru SMA/SMK yang tersebar di berbagai wilayah Soloraya. Yakni di delapan sekolah SMAN/SMKN dengan peserta 32 guru dan 200 siswa. Sekolah tersebut antara lain SMAN 3 Solo, SMAN 4 Solo, SMAN 1 Kerjo, SMAN 1Cawas, SMKN 3 Sukoharjo,SMKN 1 Sukoharjo, SMKN 2 Klaten,SMKN Ngargoyoso.


“Kekhawatiran yang tinggi akan sikap intoleransi keberagaman inilah yang mendorong Solopos Institute melaksanakan program Internalisasi Literasi Keberagaman Melalui Jurnalisme,” jelas Sholahuddin di awal pemaparannya. Sholahudin menambahkan tujuan dari program ini adalah memberikan pemahaman melalui karya jurnalistik untuk menumbuhkan sikap anti diskriminasi, anti ekstrimisme dan berpihak pada kebenaran. Lebih lanjut Sholahuddin menjelaskan bahwa visi dan misi dari program ini adalah memberikan edukasi kepada guru dan siswa untuk memiliki toleransi dalam keberagaman serta meningkatkan keterampilan jurnalisme guru dan siswa dengan karya jurnalistik yang mempromosikan nilai-nilai toleransi.


“Program ini dimulai awal pandemi Covid-19, di mana hampir di seluruh wilayah membatasi pergerakan dan ini merupakan tantangan terbesar kami, karena program ini dilaksanakan melalui workshop yang mengharuskan tatap muka dengan peserta dan di saat tersebut semua aktifitas sekolah maupun mengajar dihentikan,” jelas Sholahuddin. Pernyataan ini sekaligus menjawab pertanyaan dari Hendri salah satu jurnalis peserta UKW.Dampak output dari program ini adalah para guru dan siswa dapat menulis esai dan karya jurnalistik yang dapat dipamerkan di sekolahnya. Dan outcome yang didapat adalah meningkatnya toleransi siswa dan guru dalam hubungan sosial kemasyarakatan. “Hasil atau dampak dari program ini lebih kepada siswa karena siswa lebih mudah merima masukan,” ungkap Sholahuddin. Dilihat dari hasil yang didapat maka Solopos Instutute akan melanjutkan program ini dengan sasaran komunitas-komunitas yang berada di masyarakat. Dan akan mengembangkan program ini ke daerah Grogol dan Ngargoyoso. 


Di tengah-tengah tanya jawab salah satu jurnalis menanyakan,” mengapa sasarannya siswa dan guru?” Sholahuddin menjawab bahwa itu merupakan suatu pilihan yang dilakukan Solopos. Dijelaskan juga bahwa program ini terlaksana berkat sponsorship dari Harmony Group. 

(ik)

Post a Comment

0 Comments