Pringsewu radarmerahputih.com Program ketahanan pangan yang dicanangkan Pemerintah Pusat sejatinya adalah pilar kedaulatan bangsa. Untuk mendukung visi besar tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, khususnya Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Mesuji Sekampung, telah mengucurkan anggaran yang tidak sedikit. Nilai Rp37,802 miliar digelontorkan untuk membangun dan merehabilitasi jaringan irigasi di 26 titik lokasi yang tersebar di enam kabupaten di Provinsi Lampung. Sabtu (20/12/2025).
Namun, besarnya anggaran dan mulianya tujuan tersebut seolah terbentur oleh realitas pahit di lapangan. Alih-alih mendapatkan infrastruktur yang kokoh guna mengairi sawah-sawah petani, sejumlah proyek irigasi di Kabupaten Pringsewu dan Tanggamus justru diduga dikerjakan dengan kualitas yang sangat memprihatinkan.
Di Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Pringsewu, temuan awak media di lapangan mengungkap tabir kecurangan yang sistematis. Salah satu pelanggaran paling fatal adalah tiadanya penggalian untuk dudukan batu pondasi dasar. Secara teknis, pondasi tanpa galian adalah “bom waktu” yang membuat bangunan sangat rawan jebol saat menahan beban air maupun pergeseran tanah.
Lebih lanjut, ditemukan dugaan manipulasi ketebalan dinding irigasi. Di bagian bawah, susunan batu hanya terdiri dari satu lapis, sementara di bagian atas dibuat tiga baris. Taktik curang ini disinyalir dilakukan untuk mengelabui mata pengawas agar bangunan seolah-olah terlihat tebal dan sesuai standar dari permukaan atas, padahal keropos di bagian struktur utama.
Kualitas material pun jauh dari kata layak:
Adukan Manual & Air Keruh: Pengadukan semen dilakukan secara manual tanpa mesin molen (concrete mixer), yang berakibat pada tidak meratanya komposisi campuran. Parahnya lagi, air yang digunakan berasal dari air keruh berlumpur, yang secara ilmiah dapat merusak daya rekat semen dan menurunkan kekuatan tekan beton/mortir.
Pemandangan serupa tapi tak sama ditemukan di Desa Banjar Masin, Kecamatan Bulok, Kabupaten Tanggamus. Di sini, proyek BBWS menggunakan beton pracetak (precast concrete). Namun, bukannya memberikan jaminan mutu karena diproduksi di pabrik, beton-beton tersebut justru terlihat hancur sesaat setelah diturunkan dari truk pengangkut.
( husni munir)

0 Komentar