Pinandita"Wajib Mencerahan Umat " Dari Reuni Kursus Brahma Widya I Pinandita Sanggraha Nusantara



Bali , Radar MP - 17 Juni 2018 - Keberadaanpemangku (pinandita) di lingkungan masyarakat Hindu Bali sejatinya tidak hanya berfungsi sebagai pamuput yadnya.Idealnya, seorang pemangku bisa memberi penjelasan filosofis pelaksanaan yadnyayang dipuput kepada masyarakat.

"Semangat itulah yang mendasari terselenggaranya kursus Brahma Widya I pada tahun 2017, yang bertujuan merapatkan kembali (landasan filosofis) para pinandita tentang upacara, (sehingga) jika ada pertanyaan dari umat kita bisa menjelaskan, tidak hanya menjawab nak mula keto," ungkap Pinandita drg. I Made Budiarsana, di sela-sela Reuni Alumni Kursus Brahma Widya (Teologi Hindu) I yang digelar Pinandita Sanggraha Nusantara (PSN), di Legian, Minggu (17/6).

Pinandita yang juga merupakan Ketua Panitia Kursus Brahma Widya itu mengatakan penekanan aspek tatwa(filsafat) dalam kehidupan beragama Hindu di Bali sangatlah penting untuk memberi pencerahan pada umat. Sebab, masih banyak umat yang tidak mengetahui hakekat upacara agama sesuai dengan arahan kitab suci.

Dalam upaya pencerahan umat, ia menilai langkah awal yang semestinya ditempuh adalah mencerahkan para pemangku.Namun sayang, katanya, sangat jarang ada media-media diskusi semacam itu, sehingga pihaknya yang berada di bawah naungan Pinandita Sanggraha Nusantara berinisiatif membentuk ruang berbagi dan diskusi antar pemangku terkait pengalaman melayani umat, khususnya bagi alumni Kursus Brahma Widya I.

"Untuk memberikan ruang diskusi itulah kami kemudian berinisiatif, secara spontanitas untuk melakukan reuni,sharing, saling mengisi pengalamanan pelayanan di lapangan, juga terkait praktik-praktik upacara sesuai dengan Weda. Intinya melanjutkan pelajaran saat kursus tahun lalu," tambahnya.

Hal senada dinyatakan Panitia Pelaksana Reuni Alumni Kursus Brahma Widya I, Pinandita I Wayan Dodi Ariyanta. Ia menjelaskan, keberadaan sekolah-sekolah Teologi agama di Bali masih minim. Kondisi ini berbeda dengan umat lainnya yang secara masif memiliki sekolah-sekolah Teologi untuk mendalami konsep-konsep agamanya.

"Itulah spirit awalnya. Semangat kita agar dapat dirumuskan agar upacara menjadi sederhana tetapi tidak mengurangi makna. Pertemuan ini diharapkan jadi tonggak penyadaran umat agar melaksanakan upacara secara sederhana, misalnyangaben secara sederhana yang lebih menekankan inti dari upacara itu," jelasnya.

Acara yang berlangsung hingga malam tersebut juga diiringi dengan sejumlah acara tambahan. Salah satunya praktik metafisika oleh Jero Mangku Hipno, dimana para pemangku diperintahkan menyeberangi papan dengan api yang menyala. ( INN.W)

Post a Comment

1 Comments