Dinkes Nganjuk Gelar Rakor Sosialisasi Bentuk Posyandu Kesehatan Jiwa

 



Nganjuk, radarmerahputih.com - Kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan global di mana proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat. Dinas Kesehatan Kabupaten Nganjuk mengadakan kegiatan Rapat Koordinasi dan Sosialisasi Pembentukan Posyandu Kesehatan Jiwa Kesehatan Jiwa. Kegiatan yang dilaksanakan di Aula Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Nganjuk, Rabu (23/03/2022). 


Tujuan dilaksanakannya sosialisasi ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan jiwa, pengetahuan dan pemahaman serta kesadaran dan berupaya untuk mencegah gangguan kejiwaan sejak dini. 


Penderita Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) tidak hanya orang gila (penderita berat), tetapi juga orang yang dalam tekanan, stres, dan berperilaku tidak sesuai dengan kebiasan lainnya. ODGJ di Kabupaten Nganjuk sebagian besar termasuk dalam usia produktif yang membutuhkan kemudahan akses untuk menjadi produktif. 


“Kurang lebih ada 2.763 orang di Nganjuk dengan kondisi terkena gangguan jiwa,” terang Plt Bupati Nganjuk Dr. Drs. H. Marhaen Djumadi, S.E., S.H., M.M., MBA saat menghadiri acara sosialisasi.


Menurut Kang Marhaen, panggilan akrab Plt Bupati Nganjuk memaparkan jumlah per kecamatan ODGJ di Kabupaten Nganjuk yang di dominasi usia produktif. Dengan rincian Ada 189 orang di Kecamatan Bagor, 46 orang di Baron, 181 orang di Berbek, Gondang 150 orang, Jatikalen 54 orang, Lengkong 31 orang, Loceret 59 orang, Ngetos 78 orang, Ngluyu 59 orang, Ngronggot 172 orang, Pace 141 orang, Patianrowo 60 orang, Rejoso 135 orang, Sawahan 62 orang, Wilangan 89 orang, dan Kecamatan Sukomoro sebanyak 193 orang.


“ODGJ yang paling banyak di Kecamatan Prambon dengan jumlah 418 orang selanjutnya Kertosono sebanyak 223 orang, Tanjunganom 215 orang dan Kecamatan Nganjuk sebanyak 208 orang," papar Kang Marhaen.


Lanjutnya, masalah ini akan menjadi PR bagi Pemerintah untuk mencari solusinya, karena sehat itu penting dan utama. “Ini menjadi PR kita bersama dan Pemerintah harus ikut terjun. Kita tidak perlu malu yang paling penting bagaimana solusinya dengan memastikan bahwa masyarakat memiliki BPJS, tempat penanganan pasien yang layak, stok obat harus ada, memastikan pangannya yang aman, serta pemeriksaan pasien dengan keterangan sakitnya karena apa dan ada keluarga yang dekat,” tuturnya.


Plt kepala Dinas Kesehatan dr. Laksomono Pratignjo, SE, M.Kes menambahkan dengan jumlah pasien ODGJ yang semakin meningkat perlu adanya posyandu Kesehatan jiwa, “Jangan sampai ada pasien yang di pasung, karena pasien butuh bersosialisasi dengan keluarga.” 


“Orang sakit jiwa itu sulit ditangani, maka pasien harus rutin mengonsumsi obat sedangkan permasalahan obat, jika tidak minum obat pasien pasti kambuh sedangkan masalah obat yang ada di provinsi sering kali kosong. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka perlu adanya kegiatan rapat koordinasi untuk mencari solusi yang tepat,” tambahnya.(red )

Post a Comment

0 Comments