drg.Dessy Deliyanti ; insinerator ini bisa dimanfaatkan lebih maksimal dari sekarang

 



Malang ,radarmerahputih.com-  Insinerator adalah bagian dari salah satu alat kesehatan (alkes) yang dibutuhkan oleh sebuah rumah sakit, karena fungsi dari alat ini bisa membantu untuk pembakaran limbah padat yang dioperasikan dengan memanfaatkan teknologi pada suhu tertentu dan sebut saja RSUD Lawang yang notabene sebuah fasilitas kesehatan (faskes) milik pemerintah kabupaten Malang juga mempunyai insinerator.


Menurut keterangan dari direktur RSUD Lawang drg.dessy saat menemui awak media (5/8/2022) "terkait alat pengolah limbah medis disini, kalau untuk dikomersilkan atau dijadikan unit usaha sendiri, ya pertama yang harus kita perhatikan dan harus ada adalah ijin usaha nya atau legalitas ".


Yang kedua, "jika sudah jadi unit usaha sendiri ya secara otomatis untuk pengambilan limbah medis dari konsumen harus ada kendaraan kusus atau armada atau alat angkut yang sesuai dengan aturan dari kementerian lingkungan hidup yang memang peruntukan nya untuk itu ".


Kalau ada yang bicara "Saya tau limbah nya disini , artinya konsumen disuruh anter sendiri limbah tersebut kesini (RSUD Lawang) , kalau seperti itu ya tidak boleh, karena kita harus mempertimbangkan limbah tersebut dibawa menggunakan apa dari konsumen entah klinik, entah faskes lain yang menjadi pelanggan kita".


"Karena untuk membawa semacam limbah medis atau rumah sakit, dari satu titik ke titik yang lain, itu ada perlakuan kusus seperti barangnya harus dibungkus plastik kusus, plastik nya di pack , packnya disolasi hingga betul-betul dirasa aman tidak ada udara atau bau yang keluar ".


"Dan itu semua dilakukan demi keamanan atau safety terhadap limbah yang dimaksud agar terhindar dari bocor, karena disitu kan ada sopir yang bagian angkut dan mungkin juga ada tenaga yang bantu selama proses pengambilan hingga sampai tempat tujuan (lokasi pembakaran) ".


Lebih jauh, "kalau untuk insenerator disini itu bisa menampung hingga 400 kg dalam 4 kali pembakaran yang mana setiap beroperasi bisa menampung 100 kg limbah medis atau rumah sakit. Tapi saat ini, kita cuma membakar limbah sekitar 100 kg setiap hari ".


"Sedangkan kalau dilihat dari ongkos pengoperasian setiap hari, itu membutuhkan satu tabung gas elpiji ukuran 50 kg dan harga per tabung saat ini mencapai Rp 800.000 (delapan ratus ribu rupiah) . artinya karena sekarang kita beroperasi setiap minggu bisa 5 kali, ya kalau dalam sebulan mencapai 20 kali ".


" Dan kalau dihitung setiap bulan untuk Beaya atau kos pengoperasian insenerator bisa menghabiskan (800.000 × 20 kali) , Umpama kita memaksimalkan hingga 4x dalam setiap hari dengan mengambil limbah medis dari faskes sekitar atau klinik ya bisa saja itu jika semua perlengkapan Kesehatan untuk beroperasi secara komersial sudah siap ".


"Adapun tenaga di IPL yang menangani pengoperasian insinerator ini ada 6 orang, yang terbagi 2 orang operator pembakaran dan yang lainnya bagian angkut sampah rumah sakit sekaligus memilah jenis nya, baru setelah selesai pembakaran ada abu dari sisa pembakaran yang dimasukkan drum-drum kusus dan selanjutnya drum tersebut diambil pihak ketiga untuk dimusnahkan ".


"Saya berharap nantinya insenerator ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, bisa membakar limbah puskesmas, limbah klinik dan limbah dari faskes-faskes, yang memang saya kira mereka membutuhkan keberadaan insenerator.

Ijin insinerator ini saja kita masih dari kementerian lingkungan hidup, untuk ijin selanjutnya sekarang masih proses dan survey nya bersifat online".


"kita juga sudah paparan dulu, dan setelah itu mereka datang kesini termasuk dengan penyedia alat yang digunakan nantinya, karena itu tanggung jawab mereka sebagai penyedia.

Kedepan mudah-mudahan bisa dimanfaatkan oleh fasilitas kesehatan sekitar". harap drg.Dessy Dheliyanti pada awak media ,(Tim)



 

Post a Comment

0 Comments